Rabu, 02 Desember 2009

JANGAN COBA-COBA IKUT WALAUPUN CUMA Rp 2000,-





Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI
(Akademi Fantasi Indosiar). Selain lepas kangen
(he..he) gw juga dapat cerita seru dari kehidupan
mereka.

Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau
ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat
memprihatinkan.

Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang
ratusan juta rupiah. Pasalnya, orang tua mereka
ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms putera-puteri
mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan
AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan
mereka ditentukan seberapa besar orang tua
mereka sanggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua
Alfin dan Bojes abis M.. Namun mereka orang kaya,
biarin aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005)
yang tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya
utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah kos
sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit
mahal RP 500..000. Namun itu dipilih karena
pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu
sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan
kamar mandi pun di luar.

Makannya sekali sehari. ini Serius!!!!!!!!!!
Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada
dugem dan kehidupan glamor, lha makan aja susah. Ada
banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana,
Yuke, Eki, dll Mereka teikat kontrak ekslusif dengan
manajemen Indosiar.. Jadi, kaga bisa cari job di luar
Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian
pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa
artis AFI seperti Jovita
dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga
dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya sudah
kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah. Temen
gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit.
Minjemnya bahkan cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh.
Mereka ga berani minjem banyak karena takut ga bisa
bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para
orang tua dan anak Indonesia dijanjikan ketenaran dan
kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di
televisi.Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun
oleh Indosiar. Namun tidak ada jaminan hidup sama
sekali. Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu
pun kecil sekali, dan tidak menentu. Buruh pabrik yang
gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada
mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil
juga begitu. Kasian orang tua dan anak yang rela antre
berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti ini. Seorang
anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos
dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia
sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat
orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang
tidak akan terbayar sampai kontraknya habis.

mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke
media anda? Gw punya nomer kontak mereka. Gaya hidup
mereka yang kontras dengan image publik kayanya
menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar
anak-anak dan orang tua di Indonesia kaga tertipu
lebih banyak lagi.

JUDI SMS MENGGILAAAA .......

Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara
kontes-kontesan. Tengok saja misalnya AFI, Indonesian
Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri Cantrik, dsb.
Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit
penyanyi terbaik. Acara ini hanya sebagai kedok.
Bisnis sebenarnya adalah SMS premium.

Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari
jeratan hukum -- setidaknya
sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS
biayanya --anggaplah- - Rp 2000.
Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk
penyelenggara SMS Center (Satelindo, Telkomsel, dsb).
Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS.
Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk
sewa server yang terhubung ke Internet nonstop 24 jam
per hari dan membuat program aplikasinya.

Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya
sekitar Rp 800), maka jika yang mengirimkan sebanyak
5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba anda
hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya
handphone? Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini
bisa meraup uang sebanyak Rp 80.000.000.000 (baca:
Delapan puluh milyar rupiah).
Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah ? rumah
senilai 1 milyar, itu artinya bandar hanya perlu
menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang
diraupnyasebagai "biaya promosi"!

Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS
hanya sekali. Masyarakat diminta mengirimkan SMS
sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan
"siapa tahu" mendapat hadiah. Kata "siapa tahu" adalah
untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa handphone.
Pulsa ini dibeli pakai uang.

Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi.

Begitu menggiurkannya bisnis ini, sampai-sampai
Nutrisari membuat iklan yang saya pikir menyesatkan.
Pemirsa televisi diminta menebak, "buka" atau "sahur",
lalu jawabannya dikirim via SMS. Ada embel-embel
gratis. Ada kata, "dapatkan handphone... " Saya bilang
ini menyesatkan, karena pemirsa televisi bisa
menyangka :"Dengan mengirimkan SMS ke nomor sekian
yang gratis (toll free), saya bisa mendapat handphone
gratis".

Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat
gawat.Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB.
Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi
agen, jika dulu zaman
jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang
orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan jari
di pesawat handphone!

Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini.
Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan
sia-sia belaka

Thanks,

0 komentar:

Posting Komentar